Senin, 29 Maret 2021

Malam Nishfu sya'ban part 2

Assalamu'alaikum selamat pagi guys...
Semoga kita senantiasa dalam pelukan Rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Aaaamiiiin 🀲🀲🀲.

Ok kita lanjut part 2. 
Kehadiran para malaikat di sekeliling kami ini, membuatku teringat akan sebuah hadist yang dulu pernah aku pelajari waktu kelas satu MA semester genap. Hadist itu adalah...

Dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id Radhiyallahu 'Anhuma. Mereka berdua berkata. "Rasulullah SAW bersabda 'Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir (mengingat) Allah, melainkan mereka dikelilingi oleh para malaikat, diliputi oleh rahmat, sakinah (ketenangan), dan mereka disebut oleh Allah di hadapan para malaikat yang ada disisinya'. (H.R. Muslim, No. 2700).

Demi Allah, hadist ini sungguh mengungkap fakta yang sangat nyata, yang tidak bisa di elak oleh akal dan pikiran kita. Bagiku yang melihat mereka, hadist ini luar biasa. Mengingat mereka dan kembali membaca hadits ini membuatku tidak bisa menahan air mata. Kalian boleh tidak percaya, tapi kenyataan tak akan berubah.
Setelah kami berbincang-bincang melanjutkan topik yang sempat terhenti karena reaksiku tadi, hujan turun. Mungkin ini yang di sebut "Rahmat" dalam hadits tadi. Hujan turun begitu deras dan airnya luar biasa segar. Berbeda dengan air hujan sebelumnya. Sejenak aku mengajak teman-teman yang lain berdoa dengan segenap hati kepada Allah SWT. Insyaallah dengan izin dan ridhonya, apapun doa kita akan terkabul.
Setelah hujan berhenti, aku dan kak Uli pulang. Teringat kembali saat aku akan berangkat ke basecamp, aku lupa kitab kesayanganku. Biasanya, kemanapun aku pergi kitab itu akan selalu ada di tas ku. Tapi hari ini, aku lupa dan ingat saat sudah di tengah jalan. 
Saat perjalanan pulang, hujan deras kembali menyirami kami. Dan aku baru paham mengapa aku lupa membawa kitabku. Sungguh kuasa Allah meliputi banyak hal, termasuk kitabku yang ku lupa bawa. Ternyata agar kitab itu tidak basah dan rusak oleh hujan. Masyaallah, Subhanallah, walhamdulillah.
Hujan sangat deras menyirami kami yang naik motor di sepanjang jalan. Aku membuka maskerku dan menengadah ke langit. Agar wajahku terkena langsung air hujan. Sangat tenang dan syahdu hatiku. Bibirku tiada henti bersholawat sepanjang jalan. 
Dan keajaiban ini pun belum berhenti bahkan saat aku sampai di kos.
Untuk itu, kita lanjut nanti part 3 ya...
Buat yang baru mampir baca part 1 dulu ya biar nyambung. πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€

Terimakasih sudah mampir.πŸ₯°
Wassalamualaikum warahmatullahi wa barokaatuh πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»


Malam Nishfu Sya'ban Part 1

Assalamu'alaikum guys...
Mohon maaf lahir batin ya...
Btw lama nih aku ngk nulis. Karena beberapa alasan yg tidak bisa aku jelaskan. 

Ok kita mulai. Ini pengalamanku di malam Nishfu sya'ban yg mulia. Ini pengalaman yang luar biasa yang sebenarnya tidak bisa di gambarkan dengan kata-kata. Bahkan saat aku menulis ini jantungku berdegup kencang. Tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin menerjemahkan apa yang aku lihat dan yang aku alami.

Jadi aku punya saudari baru yang powerfull banget. Aku bahkan kagum sama beliau. Beliau sangat luar biasa dimataku. Bahkan pengalaman beliau lebih luar biasa dari pada aku.
Yang aku alami itu cuma secuil dan sangat rendah. Dan aku tidak bisa mengendalikan powerku dan beliau perlahan membimbingku. Alhamdulillah aku di anggap adik sama beliau jadi aku nganggep beliau kakakku dan akhirnya aku manggil beliau Kak Uli.
Jadi pada tanggal 28 Maret 2021 sore hari kemaren yang bertepatan pada malam sya'ban. Aku sama kak Uli janjian pergi ke basecamp tempat kami ngumpul untuk silaturahmi. Sebelum kami nyampek basecamp kami makan Bak Mie dulu. Setelah itu kami Go rumah seorang kyai yang biasa kumpul sama kami, kami juga sholat Maghrib disana. Setelah semua beres baru kami Go to basecamp. Sesampainya di basecamp kita bahas sesuatu yang luar biasa tentang pengalaman kak Uli, sampai beliau meneteskan air mata. 
Dan aku pun mulai merasakan reaksi dalam tubuhku, jantungku berdegup dengan keras, spontan tanganku mendekap dadaku erat. air mataku mulai mengalir deras. Ada sesuatu yang menyelinap dengan halus keruang hatiku yang terdalam.
Dua jam berlalu kami cerita panjang lebar. Aku pun sudah tak sanggup menahan degupan jantungku yang semakin kuat dan kencang, tak lama setelah itu sebanyak 40 makhluk suci datang dan duduk bersama kami. Jantungku semakin tak menentu seakan mau loncat dari tempatnya. Aku menangis sejadi-jadinya. Semua orang riuh bertanya aku kenapa. Salah satu makhluk suci memperkenalkan dirinya mewakili teman-temannya.
"Tidak usah takut, tenanglah. Kami adalah malaikat."
Mendengarnya membuat nafasku tersengal-sengal. Hatiku sangat tersentuh, degup jantungku semakin kencang, dan tangisku tidak bisa di kendalikan.
"Kamu kenapa neng, ada apa?" Tanya kyai beserta teman-teman yang lain.
"Banyak sekali yang datang," jawabku sambil mendekap erat dadaku. Takut jantung ku jatuh.
"Siapa yang hadir?" Tanya mereka lagi.
"Mereka para malaikat." Jawabku dengan tangis semakin jadi.
"Sebanyak 40 ya?" Tanya kak Uli.
"Iya." Jawabku singkat.
"Ini adalah waktumu, tugasmu akan segera tiba. Kamu harus ikut kami sebentar, kami akan mengantarmu pulang terlebih dahulu."
Tangisku semakin jadi dan aku ingin sendirian.
"Aku ngak mau, aku mau sendiri, jangan ikut aku. Aku ngak tahu apa-apa." Kataku sambil nangis-nangis ngak karuan. Aku melihat banyak hal yang akan aku hadapi.
Teman-teman sudah mulai paham aku bicara dengan siapa, mereka mendengarkan.
Kak Uli melihat ku dengan tatapan yg sangat santuy seperti di pantuy.
"Tenang neng, tenang, tenang." Ujar Bu nyai.
"Bunda jantungku rasanya mau jatuh. Apa aku akan mati?" Jawabku dengan tangis yang tak terkendali.
"Minum kopi dulu, apa air aja?" Bu nyai menyodorkan segelas air mineral.
Tapi mata ku tertuju pada empat gelas kopi yang masih di atas nampan. Ku tarik nampannya, langsung ku minum segelas demi segelas dan aku masih merasa kurang. Karena kopi sudah habis, akhirnya aku minum segelas air mineral. Semua orang terheran.
Kak Uli tersenyum tipis "Aku tahu rasanya." 
Setelah minum 4 gelas kopi dan 1 gelas air, jantung masih berdegup kencang.
Sedang 40 malaikat itu duduk dan berdzikir kepada Allah sambil menunggu aku tenang. Bu nyai dan istri pak ustadz mengelus-elus punggungku kanan kiri. 
"Bunda jantungku kayaknya mau jatuh." Kataku lagi sambil menangis.
"Neng... Jantungmu akan baik-baik saja. Ngk akan jatuh kemana-mana." Ujar kak uli dengan Nada tegas. Aku sesenggukan.
Perlahan aku mulai tenang tapi tanganku tetap tak lepas dari dadaku.
Dan ini masih belum selesai. Tapi lanjut part 2 ya...

Makasih udah mampir.πŸ₯°
Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barokaatuh πŸ™πŸ»

Minggu, 14 Maret 2021

selamat jalan pejuang

Kulihat dari kejauhan bunga-bunga bergelantungan di pintu gerbang, para penjaga mondar-mandir mengawasi. Aku tak punya akses untuk masuk kesana.
Aku menyelinap ke atas bukit. Diatas bukit yang datar itu, terdapat sebuah padepokan. Rumah, sekolah, pesantren, mesjid, semua menjadi satu. 
Semua mata tertuju padaku seakan bertanya "Siapa kamu?"
Aku hanya tersenyum. Seseorang melewatimu, meninggalkan mesjid yang masih terdengar khotbahnya.
Dia meninggalkan catatannya dan tersenyum manis.
Selamat jalan pejuang.

Selasa, 09 Maret 2021

Pesta alam semesta

Sebenarnya pesta ini ku hadiri pada tanggal 29 Mei 2020.
Maaf baru aku tulis sekarang karena ada beberapa alasan pribadi yang tak bisa ku ungkapkan disini.
Semoga terhibur ya😊


Aku menggunakan gaun terbaik yang aku miliki. Dia menjemputku dengan sepeda motornya. Tak lama kami sampai di tempat acara.
Semua orang menyalami tangan kami memberi selamat dan senyuman hangat.
Acara di mulai jam 10 pagi. Meja panjang dan kursi tertata dengan sangat rapi. Di atas meja yang panjang itu tertata beberapa petak daratan dan beberapa gelas air hujan dan air mata. Ketika seseorang meminum segelas air hujan, maka runtuhlah sepetak daratan dan berjatuhan kelantai.
Setelah kami sarapan, kami sholat Dzuhur di sebuah rumah yang tak jauh dari tempat acara. Orang-orang mulai bertanya...
"Kapan kalian nikah?"
"Kapan kalian jalan bareng?" 
"Bla... Bla... Bla..."
Air yang ku gunakan untuk berwudhu sangat jernih dan bersinar. Tak lama setelah kami sholat kami makan siang.
Lagi...
Sepetak daratan berjatuhan kelantai dan tidak ada yang peduli.
Tuan rumah berkata...
"Daratan hanyalah sepotong kue bolu diatas seember susu."
Kemudian mereka bersulang dengan segelas air mata.

Kamis, 04 Maret 2021

"Ikatan syetan..."

Di tarik oleh ruang dan waktu bukanlah hal yang mudah. Tubuh kita akan mudah melemah karena benturan energi. 
Begitu pula hari ini, saat aku duduk santai baca buku sambil ngemil, aku tertarik olehnya. Tiba-tiba saja aku duduk bersama seorang kakek berjenggot putih. Auranya putih dan hangat. Siapakah?
"Hehehe... Kau terlihat baik-baik saja." Katanya dengan nada senang. 
Aku terdiam berusaha merekamnya di memori otakku.
"Tahukah kamu, bahwa jika kita duduk-duduk bersama orang-orang Sholeh maka terputuslah ikatan-ikatan syetan di tubuh kita." Katanya lagi dengan nada yang sangat bijak. Aku seperti berada di tengah-tengah pengajian.
Tak lama setelah itu aku tertarik oleh energi lain yang sangat tidak nyaman. Aku agak gelisah. 
Tiba-tiba saja aku ada di ponpes tempat aku mondok dulu. Auranya sangat tidak nyaman, gelap. Saat aku masuk dapur ponpes, seseorang menyambutku dengan gembira. Dia berkulit hitam. Laki-laki. Terlihat nakal dan bar-bar.
"Kau siapa?" Tanyaku.
Dia tidak menjawab dan terbang kesana kemari. 
"Aku tahu kamu tadi bertemu dengannya, apa katanya tadi? Duduk-duduk? Wkwkwkwk..."
Dia bisa membaca pikiranku.
Aku melihat pengasuh ponpes lewat. Aku menangis karena merindukannya. 
"Nyai..." Kataku lirih.
Jin laki-laki tadi mengikutinya. Energiku melemah, aku harus kembali.
Segera aku kembali ke kamarku, aku terdiam sejenak dan langsung menghubungi teman-teman pesantren untuk memastikan apa yang tadi kulihat. Kami Vc dan mereka menunjukkan tempat-tempat yang ku minta. Ternyata benar dia ada di sana.

Senin, 01 Maret 2021

Janin

Kembali aku terseret oleh ruang dan waktu...
Selama ini aku menyadari ada bahwa banyak hal yang menakjubkan yang terjadi di sekitar manusia. Diam-diam mereka tak terlihat. Diam-diam mereka mengubah segalanya. Alam.
Ya Alam semesta memiliki kekuasaan penuh pada dirinya dari kutub ke kutub. Alam diizinkan oleh Tuhan untuk bertindak sesuai kebutuhannya. Terlepas dari seluruh makhluk yang hidup di dalamnya. 

Begitu pun yang terjadi padaku. Aku menganggapnya sebagai panggilan Alam. Awalnya ku anggap ini kutukan sekaligus anugrah dari Tuhan. Karena segala sesuatu itu terjadi atas kehendak dan izinnya. 

Suatu hari seluruh tubuhku melemah, dan aku memutuskan untuk tidur. Tak lama setelah aku menutup mata, terdengar suara memanggil-manggil namaku. Semakin keras dan semakin jelas. Segera ku buka mata, karena ku pikir kakakku datang. 
Dan ternyataπŸ₯Ί....
Aku sudah tidak lagi di kamar ku. Aku ada di suatu tempat yang sulit ku jelaskan. Tempat yang memiliki energi yang tidak baik. Kepalaku puyeng. Telingaku berdenging keras. 
Banyak energi datang dan berterbangan di sekitarku. Ada yang tertawa dan yang hanya seperti angin.  
Aku segera membaca Al-fatihah untuk guruku... Setelah selesai membacanya aku langsung terseret ke lain tempat dan waktu. Kali ini aku terseret ke sebuah komplek perumahan. Berkumpul bersama banyak orang dengan perbedaan yang komplek. Dari beda agama, etnis, ras, daerah, dll. 
Setelah semua orang berkumpul, kami mendapatkan sebuah kitab kuning secara otomatis. Tiba2 saja ada kitab di tangan kami masing-masing. Dengan hati yang tidak sabar, aku segera membuka buku itu dan mencanya sampai ketengah halaman.
Disana tertulis dengan hirup Arab tebal yang artinya "jika janin berdoa kepada Tuhannya, maka doanya itu bagaikan syair yang menggugah hati yang mendengarnya." 
Aku membacanya dengan keras hingga semua orang menoleh kepadaku dan tersenyum. Aku tersenyum malu dan ingin segera pulang. Akhirnya terdengar adzan. Segera aku memejamkan mata. Niat untuk pulang. Dan akhirnya aku pulang.


Alhamdulillah.