Rabu, 29 Mei 2019


Pendidikan Anti Korupsi Sejak  Usia Dini

Pernahkah kita bertanya “bagaimanakah prilaku korupsi itu terbentuk?”.
            Dari dulu sampai hari ini, kasus korupsi terus mengkaderisasi. Meskipun pemerintah telah banyak menyediakan solusi untuk kasus ini, hal itu masih belum cukup mampu mempengaruhi dan mencegah terjadinya tindak korupsi.
            Dari sekian banyak kasus korupsi yang telah di pecahkan oleh KPK membuktikan bahwa korupsi bukan sekedar kasus kejahatan, melainkan kanker masyarakat yang kini semakin mengkronis. Oleh karena itu, korupsi harus segera diberantas keberadaannya dan di cegah untuk tumbuh (mengkader) kembali.
            Saat ini telah banyak lembaga pendidikan yang menerapkan pendidikan anti korupsi. Dari tingkat SD sampai PERGURUAN TINGGI. Akan tetapi interpretasi dari hal ini belum terbukti.
            Apa yang harus kita lakukan?
            Perlu kita ingat bahwa timbulnya sikap dan terbentuknya kepribadian seorang individu bukan sejak duduk di bangku sekolah, melainkan sejak awal individu itu mengenal kehidupan, sejak ia mulai melihat dan bisa membedakan warna, bentuk benda, dan lain-lain. Artinya sikap dan kepibadian seseorang itu terbentuk sejak kecil. Sejak ia mengenal lingkungan keluarga.
            Pada usia dini, seorang individu cenderung selalu ingin mencoba suatu hal yang belum pernah ia ketahui, manjat pohon misalnya, atau mencicipi rasa garam dan gula di dapur. Pada usia dini ini, individu juga cenderung selalu ingin meniru tingkah laku, perbuatan dan perkataan orang-orang disekitarnya. Hal ini menjadi kesempatan bagi lingkungan di sekitarnya untuk membentuk kepribadiannya menjadi pribadi yang sesuai dengan lingkungan itu sendiri.
            Seorang anak yang hidup di lingkungan pesantren akan tumbuh besar dengan pribadi santri. Anak yang hidup dilingkungan elit (kaya) akan tumbuh besar dengan (kebanyakan) pribadi manja, karena apapun yang ia ingin dan butuhkan dalam hidup kesehariannya serba instan;  anak yang hidup dilingkungan yang terlalu ketat dengan peraturan akan tumbuh besar dengan pribadi pembohong, karena rasa takut akan melandanya saat ia melakukan sebuah kesalahan sehingga mendorongnya untuk berbohong; Atau seorang anak yang hidup di lingkungan yang bebas tanpa aturan, ia akan tumbuh dengan pribadi bebas sehingga ia bertindak semaunya tanpa ada yang menghalangi.
            Dari beberapa contoh diatas, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seorang individu dalam proses pembentukan kepribadiannya.

1.      Pengaruh lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal dan dipercaya oleh seorang individu. Namun kadang kala ada suatu tindakan kecil yang terjadi di lingkungan ini, yang tidak disadari bahwa tindakan kecil ini memiliki pengaruh besar dalam pembentukan pribadi seorang individu.
Contoh
Suatu hari seorang anak meminta uang jajan pada ibunya, karena sang ibu sibuk dengan pekerjaannya, mencuci, maka sang ibu mengizinkan sang anak mengambil sendiri uang jajannya didalam dompet sang ibu.
Jika hal ini berlangsung beberapa kali, maka semakin jelas pengaruh tindakan sang ibu terhadap pembentukan pribadi sang anak. Pada saat yang kedua atau yang ketiga kalinya sang ibu bertindak semacam itu akan besar kesempatan sang anak untuk mengambil uang lebih. Oleh karena itu, sudah bisa di pastikan tindakan semacam ini akan mempengaruhi pembentukan pribadi sang anak untuk menjadi pribadi korup.

2.      Pengaruh lingkungan teman bermain
Teman bermain merupakan lingkungan yang melanjutkan pengaruh dari lingkungan keluarga.
Rasa berbagi akan tumbuh pada saat pertemanan terjadi, namun pada saat yang sama muncullah konflik kecil yang memiliki pengaruh besar. Saling memperebutkan mainan, misalnya. Dari konflik kecil ini sang anak akan mulai berhati-hati pada orang-orang di sekitarnya, sehingga ia akan memilih siapa yang pantas jadi temannya dan siapa yang tidak pantas. Berangkat dari kasus ini maka timbullah yang namanya diskriminasi dan pembulian.
Tindakan-tindakan semacam ini memiliki pengaruh besar dalam pembentukan pribadi sang anak. Jika tindakan ini terus berlangsung, maka pengaruhnya juga semakin jelas  bahwa sang anak akan memiliki pribadi yang hedonis. Mengacu pada pribadi yang hedonis pada akhirnya sang anak menjadi pribadi korup.

3.      Pengaruh lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lingkungan selanjutnya yang memiliki kesempatan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Salah satu contoh tindakan yang dapat membentuk pribadi korup adalah menyontek, dan tindakan guru yang kadang kala tanpa sadar mengambil tindakan yang membuat muridnya semakin ingin melakukan tindakan jellek yang sama atau tindakan jellek yang lain.
Misalnya, seorang guru menghukum muridnya yang bikin gaduh di kelas dengan cara mempermalukannya didepan kelas. Tindakan ini tidak akan membuat sang anak berubah menjadi baik, melainkan sebaliknya. Dia akan mencari tindak kenakalan lain untuk membalas teman-teman yang menertawakannya atau bahkan untuk lebih menyusahkan gurunya.

4.      Pengaruh situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi adalah suatu keadaan yang memaksa untuk melakukan sebuah tindakan, baik suka atau tidak. Situasi dan kondisi merangkum ketiga lingkungan diatas, baik yang telah berlalu maupun yang akan datang. Itulah sebabnya mengapa dengan secara tidak masuk akal situasi dan kondisi memaksa seorang individu melakukan tindakan yang tidak seharusnya, seperti memotong shooting sebuah sinetron yang masih  berlangsung.
Cut!
Baik untuk menunda atau mengubah alur cerita. Hal ini membuktikan bahwa situasi dan kondisi mempengaruhi pembentukan kepribadian individu secara langsung.
Contoh
Seorang anak yang hidup di perdesaan cenderung memiliki pribadi polos. Ketika ia pindah kekota maka sudut pandang hidupnya pun berubah, karena harus mengikuti situasi dan kondisi yang ada di lingkungan itu. Ketika ia pulang lagi kekampung halamannya maka ia akan kembali dengan pribadi (sedikit banyak) yang berbeda dari sebelum ia pergi kekota.



Apa yang harus kita lakukan untuk menghindari atau setidaknya kita memberi yang terbaik kepada generasi selanjutnya?
Perlu kita ingat kembali bahwa timbulnya sikap dan terbentuknya kepribadian seorang individu bukan sejak duduk di bangku sekolah, melainkan sejak awal individu itu mengenal kehidupan. Oleh karena itu menanamkan pendidikan anti korupsi bukan hanya di mulai dari bangku sekolah, melainkan mulai ia mengenal kehidupan. Semenjak seorang individu mulai mendengar, melihat dan menyentuh.
Melihat fakta bahwa anak kecil suka mencoba dan meniru, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terbentuknya pribadi korup.

1.      Orang tua yang merupakan orang pertama yang di kenal dan dipercaya oleh seorang individu baru (anak) harus memperhatikan 4 hal:
a.       Menjaga tingkah laku di depan sang anak
b.      Mempertimbangkan setiap tindakan yang akan di transformasikan kepada sang anak.
c.       Berhati-hati saat berbicara didepan sang anak.
d.      Jangan meremehkan hal sekecil apapun.

2.      Orang tua juga memiliki peran penting saat sang anak mulai mengenal lingkungan kedua, yakni teman bermain. Pada saat konflik terjadi diantara mereka, orang tua harus segera menjadi penengah di antara mereka dengan memperhatikan 4 hal diatas dan tidak boleh memihak, karena akal mereka masih belum cukup untuk memahami apa yang terjadi.
3.      Batasi sang anak dalam menyaksikan acara televisi yang menyangkut kehidupan orang dewasa, seperti drama keluarga, misalnya, atau film-film remaja. Dan berikan sang anak film-film yang dapat mentransformasikan nilai-nilai moral, film Upin dan Ipin, misalnya.

4.      Saat sang anak mulai berproses di bangku sekolah, jangan biarkan anak berada dalam situasi bosan dan suntuk saat menerima pelajaran, karena semua pelajaran yang ia terima akan mudah terlupakan atau dia tidak mendengarkan. Sehingga saat ia di beri tugas, dengan terpaksa bahkan tanpa merasa berdosa akan menyontek punya temannya. Dari sanalah budaya menyontek di mulai.
Pihak sekolah hendaknya mengurangi persentase hasil tes tulis dan meningkatkan persentase hasil praktek atau studi lapangan, karena hal itu lebih terpercaya. Misalnya, jika pelajaran matematika disuruh praktek kedepan satu per satu dan mengajarinya sampai bisa, jika pelajaran biologi disuruh praktek menanam pohon atau meneliti struktur tubuh hewan dan lain-lain.
Dalam hal ini, guru harus memberikan persentase lebih terhadap nilai prektek. Karena praktek akan membentuk pribadi yang jujur dan bertanggung jawab.
5.      Pada saat mentransformasikan nilai-nilai moral kepada anak harus dengan cara bil hikmah atau lemah lembut, pelan-pelan. Kerena hal ini juga dapat menjadi indikator pribadi yang sabar.

6.      Jika sang anak sudah mulai cukup umur untuk memahami sebuah peristiwa, maka sekali-kali ajaklah sang anak untuk mengenal budaya. Baik budaya daerah sendiri maupun budaya daerah lain. Sehingga jika suatu saat nanti sang anak berkesempatan mampir ke daerah yang sudah ia ketahui budayanya, ia tidak akan terkejut dan dapat beradaptasi, dan ketika ia pulang ia akan tetap mempertahankan kepribadiannya.



Selamat mencoba!!!









DAFTAR PUSTAKA
n  M, Sarwan. Psikologi perkembangan.Jember: pustaka RADJA
n  sosiologi